
Inilah Sejarah Pembangunan Taj Mahal yang Menjadi Bukti Cinta!
Banyak orang ingin datang ke India karena banyak alasan. Ada yang ingin mencoba street food mereka, ada yang ingin menghadiri festival budaya mereka, dan ada juga yang ingin melihat keindahan Taj Mahal.
Taj Mahal sendiri merupakan salah satu tempat yang seakan menjadi lambang dari India. Tempat yang berada di Agra ini memang merupakan salah satu destinasi wisata populer yang menarik minat banyak wisatawan.
Menjadi salah satu bangunan termahal di dunia, Taj Mahal merupakan perpaduan antara titik tertinggi dari arsitektur Mongolia dan Islam.
Bangunan yang dikelilingi oleh taman persia dan saluran air ini memantulkan bentuknya yang membuat kita dapat melihat ilusi Taj Mahal tampak seperti batu apung.
Kenapa disebut sebagai bangunan mahal? Ini karena Taj Mahal dibangun dengan konstruksi marmer dengan warna putih yang cemerlang. Ini kontras dengan kehijauan dari taman yang tercermin di air tangki dan sungai dengan denah persegi.
Pada setiap sisinya, ada pintu masuk tengah yang tersembungi, setelah lengkungan tudor yang serambi bingkai persegi panjang melebihi ketinggian dari atap datar yang terdapat lima kubah. Bagian tengahnya bertumpu kepada drum yang ditinggikan dan menampilkan lapisan perunggu dengan bunga teratai yang mencapai ketinggian 60 meter dari peron.
Pada sekelilingnya, ada sudutnya yang terdapat empat paviliun segi delapan dengan kubah yang lebih kecil. Penghormatan pada agama Islam dan kebutuhan untuk bisa menjaga kepitihan marmer, mendikte pengunjung dengan aturan untuk melepas sepatu jika ingin melakukan perkalanan melalui ruangan dan memulai kunjungan.
Tapi tahukan kamu di balik kemegahan dari bangunan Taj Mahal ini, ternyata ada sejarah yang cukup menggelitik hati saat membacanya? Ya, keagungan dan keindahan dari Taj Mahal ini merupakan bangunan makam putri Persia Arjumand Banu Baygam (1593-1631).
Sosok yang juga dikenal sebagai Mumtaz Mahal “yang terpilih dari istana” ini merupakan istri kedua dari beberapa istri kaisah Maughal kelima Shah Jahan (1628-1658), yang menugaskan pembangunan dari bangunan tersebut.
Mereka bertemu ketika mereka masih berusia 15 tahun dan itu merupakan cinta pandangan pertama. Mereka pun memutuskan untuk menikah lima tahun kemudian.
Mumtaz merupakan istri favorit, sahabat, dan juga penasihat politik di dalam kehidupan suaminya. Selama mereka 18 tahun menikah, Mumtaz memberikan delapan putra dan enam putri. Di tahun 1631 saat ia berusia 39 tahun, Mumtaz menemani suaminya dalam ekspedisi militer, putra keempat belas mereka lahir.
Setelah anak mereka lahir, ia menyadari bahwa dirinya sedang sekarat. Mumtaz pun meminta suaminya untuk membangun sebuah monumen yang sempurna, sehingga tidak akan ada yang meragukan kekuatan cintanya. Agar dapat mengenang istrinya yang sangat dicintai, kaisar pun memutuskan untuk membangun makam yang sangat megah.
Dikatakan bahwa rambut hitam dari kaisar Mongol langsung menjadi abu-abu saat Mumtaz Mahal dari Persia meninggal dunia. Ia sangat terpukul dengan kematian dari Mumtaz. Ini membuat kaisar mengurung dirinya di kamar selama satu minggu. Saat ia keluar dari kamar, semua rambutnya berubah menjadi abu-abu.
Ia pun memutuskan negeri yang berada di bawah kekuasaannya untuk berkabung nasional selama dua tahun. Pada masa tersebut juga, pesta dilarang, mendengarkan musik dilarang, dan bahkan masyarakat dilarang untuk menggunakan pakaian berwarna dan menggunakan parfum.
Jasad Mumtaz sebelumnya dimakankan sementara di Burhanpur, lalu baru dipindahkan ke aula tengah Taj Mahal. Banyak sejarawan yang percaya bahwa ada banyak bukti kalau tanah yang digunakan untuk membangun Taj Mahal merupakan milik dari Raja Jai Singh dan ada banyak kebun buah di tanah ini yang dipindahkan untuk membangun Taj Mahal.
Jai Singh diberi kompensasi atas tanah dalam bentuk 5 ‘Havelis’ karena makam Mumtaz Mahal tidak dapat dibangun di atas tanah yang disumbangkan menurut ajaran Islam.